กลับหน้าหลัก >>>>>>>>>>>สรุปบทความ ด้านข้างของบล็อก คลิกบนรูป


1. Keutamaan Malam Lailatul Qadar

Cukuplah utk mengetahui tinggi kedudukan Lailatul Qadar dgn mengetahui bahwasa malam itu lbh baik dari seribu bulan Allah berfirman "Sesungguh Kami menurunkan Al Qur'an pada malam Lailatul Qadar tahukah engkau apakah malam Lailatul Qadar itu? Malam Lailatul Qadar itu lbh baik dari seribu bulan Pada malam itu turunlah malaikat-malaikat dan Jibril dgn izin Rabb mereka (untuk membawa) segala urusan Selamatlah malam itu hingga terbit fajar." (Al Qadar : 1-5)
Dan pada malam itu dijelaskan segala urusan yg penuh hikmah "Sesungguh Kami menurunkan pada suatu malam yg diberkahi dan sesungguh Kami-lah yg memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yg penuh hikmah (yaitu) urusan yg besar dari sisi Kami. Sesungguh Kami adl Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (Ad Dukhan : 3 - 6)
2. Waktu datang Malam Lailatul Qadar

Diriwayatkan dari Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam bahwa malam tersebut terjadi pada tanggal malam 21 23 25 27 29 dan akhir malam bulan Ramadhan. (Pendapat-pendapat yg ada dalam masalah ini berbeda-beda Imam Iraqi telah mengaran suatu risalah khusus diberi judul Syarh Shadr bi Dzikri Lailatul Qadar membawakan perkataan para ulama dalam masalah ini)
Imam Syafi'i berkata "Menurut pemahamanku wallahu a'lam Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam menjawab sesuai yg ditanyakan ketika ditanyakan kepada beliau 'Apakah kami mencari di malam ini?' Beliau menjawab 'Carilah di malam tersebut.'"
Pendapat yg paling kuat terjadi malam Lailatul Qadar itu pada malam terakhir bulan Ramadhan berdasarkan hadits 'Aisyah Radhiyallahu 'anha beliau berkata bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam beri'tikaf di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan dan beliau bersabda:
"Carilah malam Lailatul Qadar di (malam ganjil) pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan." (Bukhari (4/225) dan Muslim (1169))
Jika seseorang merasa lemah atau tak mampu janganlah sampai terluput dari tujuh hari terakhir krn riwayat dari Ibnu Umar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Carilah di sepuluh hari terakhir jika tak mampu maka janganlah sampai terluput tujuh hari sisanya." (HR. Bukhari (4/221) dan Muslim (1165))
"Aku melihat mimpi kalian telah terjadi barangsiapa yg mencari carilah pada tujuh nari terakhir."
Telah diketahui dalam sunnah pemberitahuan ini ada krn perdebatan para shahabat. Dari Ubadah bin Shamit Radhiyallahu 'anhu ia berkata bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasalam keluar pada malam Lailatul Qadar ada dua orang sahabat berdabat beliau bersabda:
"Aku keluar utk mengkhabarkan kepada kalian tentang malam Lailatul Qadar tapi ada dua orang berdebat hingga tak bisa lagi diketahui kapan mungkin ini lbh baik bagi kalian carilah di malam 29 27 25 (dan dalam riwayat lain tujuh sembilan dan lima)." (HR. Bukhari (4/232))
Telah banyak hadits yg mengisyaratkan bahwa amalan Lailatul Qadar itu pada sepuluh hari terakhir yg lain menegaskan dimalam ganjil sepuluh hari terakhir. Hadits yg pertama sifat umum sedang hadits keuda adl khusus maka riwayat yg khusus lbh diutamakan daripada yg umum. Dan telah banyak hadits yg lbh menerangkan bahwa malam Lailatul Qadar itu ada pada tujuh hari terakhir bulan Ramadhan tetapi ini dibatasi kalau tak mampu dan lemah tak ada masalah dgn ini cocoklah hadits-hadits tersebut tak saling bertentangan bahkan bersatu tak terpisah.
Kesimpulan jika seorang muslim mencari malam Lailatul Qadar carilah pada malam ganjil sepuluh hari terakhir 21 23 25 27 dan 29. Kalau lemah dan tak mampu mencari pada sepuluh hari terakhir maka carilah pada malam ganjil tujuh hari terakhir yaitu 25 27 dan 29. Wallahu a'lam.
3. Bagaimana Mencari Malam Lailatul Qadar

Sesungguh malam yg diberkahi ini barangsiapa yg diharamkan utk mendapatkan maka sungguh telah diharamkan seluruh kebaikan (baginya). Dan tidaklah diharamkan kebaikan itu melainkan (bagi) orang yg diharamkan (untuk mendapatkannya). Oleh krn itu dianjurkan bagi muslimin (agar) bersemangat dalam berbuat ketaatan kepada Allah utk menghidupkan malam Lailatul Qadar dgn penuh keimanan dan pengharapan pahala-Nya yg besar jika (telah) berbuat demikian (maka) akan diampuni Allah dosa-dosa yg telah lalu.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Barangsiapa berdiri (shalat) pada malam Lailatul Qadar dgn penuh keimanan dan mengharap pahala dari Allah maka diampuni dosa-dosa yg telah lalu." (HR. Bukhari (4/217) dan Muslim (759))
Disunnahkan utk memperbanyak do'a pada malam tersebut. Telah diriwayatkan dari Sayyidah 'Aisyah Radhiyallahu 'anha bahwa dia berta "Ya Rasulullah apa pendapatmu jika aku tahu kapan malam Lailatul Qadar (terjadi) apa yg harus aku ucapkan?" Beliau menjawab"
"Ucapkanlah Ya Allah Engkau Maha Pengampun dan Mencintai orang yg meminta ampunan maka ampunilah aku." (HR. Tirmidzi (3760) Ibnu Majah (3850) dari 'Aisyah sanad shahih)
Saudaraku -semoga Allah memberkahimu dan memberi taufiq kepadamu utk mentaati-Nya- engkau telah mengetahui bagaimana keadaan Lailatul Qadar (dan keutamaannya) maka bangunlah (untuk menegakkan shalat) pada sepuluh malam terakhir menghidupkan dgn ibadah dan menjauhi wanita perintahkan kepada istrimu dan keluargamu utu ktu perbanyaklah perbuatan ketaatan.
Dari 'Aisyah Radhiyallahu 'anha:
"Adalah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam apabila masuk pada sepuluh hari (terakhir bulan Ramadhan) beliau mengencangkan kain menghidupkan malam dan membangunkan keluarganya." (HR. Bukhari (4/233) dan Muslim (1174))
Juga dari 'Aisyah dia berkata:
"Adalah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersungguh-sungguh (beribadah apabila telah masuk) malam kesepuluh (terakhir) yg tak pernah beliau lakukan pada malam-malam lainnya." (Muslim (1174))
4. Tanda-Tanda Malam Lailatul Qadar

Ketahuilah hamba yg taat -mudah-mudahan Allah menguatkanmu dgn ruh dari-Nya dan membantu dgn pertolongan-Nya- sesungguh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam menggambarkan pagi malam Lailatul Qadar agar seorang muslim mengetahuinya.
Dari 'Ubai Radhiyallahu 'anhu ia berkata Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Pagi hari malam Lailatul Qadar matahari terbit tak menyilaukan seperti bejana hingga meninggi." (Muslim (762))
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu ia berkata kami menyebutkan malam Lailatul Qadar di sisi Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam dan beliau bersabda:
"Siapa di antara kalian yg ingat ketika terbit bulan seperti syiqi jafnah." (Muslim (1170 /Perkataan syiqi jafnah syiq arti setengah jafnah arti bejana. Al Qadhi 'Iyadh berkata "Dalam hadits ini ada isyarat bahwa malam Lailatul Qadar hanya terjadi di akhir bulan krn bulan tak akan seperti demikian ketika terbit kecuali di akhir-akhir bulan.")
Dan dari Ibnu Abbas Radhiyallahu 'anhuma ia berkata Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"(Malam) Lailatul Qadar adl malam yg indah cerah tak panas dan tak juga dingin (dan) keesokan hari cahaya sinar matahari melemah kemerah- merahan." (Thayalisi (394) Ibnu Khuzaimah (3/231) Bazzar (1/486) sanad hasan)


Pertama, lailatul qadar adalah malam yang penuh keberkahan (bertambahnya kebaikan). Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan.” (QS. Al Qadar: 1). Keberkahan dan kemuliaan yang dimaksud disebutkan dalam ayat selanjutnya (yang artinya), “Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.” (QS. Al Qadar: 3-5). Sebagaimana kata Abu Hurairah, malaikat akan turun pada malam lailatul qadar dengan jumlah tak terhingga. Malaikat akan turun membawa kebaikan dan keberkahan sampai terbitnya waktu fajar. (Zaadul Maysir, 6/179)

Kedua, lailatul qadar lebih baik dari 1000 bulan. An Nakho’i mengatakan, “Amalan di lailatul qadar lebih baik dari amalan di 1000 bulan.” Mujahid dan Qotadah berpendapat bahwa yang dimaksud dengan lebih baik dari seribu bulan adalah shalat dan amalan pada lailatul qadar lebih baik dari shalat dan puasa di 1000 bulan yang tidak terdapat lailatul qadar.

Ketiga, menghidupkan malam lailatul qadar dengan shalat akan mendapatkan pengampunan dosa. Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa melaksanakan shalat pada malam lailatul qadar karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari no. 1901)

Kapan Malam Lailatul Qadar Terjadi?

Lailatul Qadar itu terjadi pada sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan, sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Carilah lailatul qadar pada sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari no. 2020 dan Muslim no. 1169)

Terjadinya lailatul qadar di malam-malam ganjil itu lebih memungkinkan daripada malam-malam genap, sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Carilah lailatul qadar di malam ganjil dari sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari no. 2017)

Lalu kapan tanggal pasti lailatul qadar terjadi? Ibnu Hajar Al Asqolani telah menyebutkan empat puluhan pendapat ulama dalam masalah ini. Namun pendapat yang paling kuat dari berbagai pendapat yang ada sebagaimana dikatakan oleh beliau adalah lailatul qadar itu terjadi pada malam ganjil dari sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan dan waktunya berpindah-pindah dari tahun ke tahun (Fathul Baari, 6/306, Mawqi’ Al Islam Asy Syamilah). Mungkin pada tahun tertentu terjadi pada malam kedua puluh tujuh atau mungkin juga pada tahun yang berikutnya terjadi pada malam kedua puluh lima, itu semua tergantung kehendak dan hikmah Allah Ta’ala. Hal ini dikuatkan oleh sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Carilah lailatul qadar di sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan pada sembilan, tujuh, dan lima malam yang tersisa.” (HR. Bukhari no. 2021)

Para ulama mengatakan bahwa hikmah Allah menyembunyikan pengetahuan tanggal pasti terjadinya lailatul qadar adalah agar orang bersemangat untuk mencarinya. Hal ini berbeda jika lailatul qadar sudah ditentukan tanggal pastinya, justru nanti malah orang-orang akan bermalas-malasan.

Do’a di Malam Lailatul Qadar

Sangat dianjurkan untuk memperbanyak do’a pada lailatul qadar, lebih-lebih do’a yang dianjurkan oleh suri tauladan kita –Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam- sebagaimana terdapat dalam hadits dari Aisyah. Beliau radhiyallahu ‘anha berkata, ”Katakan padaku wahai Rasulullah, apa pendapatmu, jika aku mengetahui suatu malam adalah lailatul qadar. Apa yang aku katakan di dalamnya?” Beliau menjawab, ”Katakanlah: ‘Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu anni’ (Ya Allah sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf lagi Maha Mulia yang menyukai permintaan maaf, maafkanlah aku).” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih. Adapun tambahan kata “kariim” setelah “Allahumma innaka ‘afuwwun …” tidak terdapat satu dalam manuskrip pun. Lihat Tarooju’at no. 25)

Tanda Malam Lailatul Qadar

Pertama, udara dan angin sekitar terasa tenang. Sebagaimana dari Ibnu Abbas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Lailatul qadar adalah malam yang penuh kelembutan, cerah, tidak begitu panas, juga tidak begitu dingin, pada pagi hari matahari bersinar lemah dan nampak kemerah-merahan.” (HR. Ath Thoyalisi. Haytsami mengatakan periwayatnya adalah tsiqoh/terpercaya)

Kedua, malaikat turun dengan membawa ketenangan sehingga manusia merasakan ketenangan tersebut dan merasakan kelezatan dalam beribadah yang tidak didapatkan pada hari-hari yang lain.

Ketiga, manusia dapat melihat malam ini dalam mimpinya sebagaimana terjadi pada sebagian sahabat.

Keempat, matahari akan terbit pada pagi harinya dalam keadaan jernih, tidak ada sinar. Dari Abi bin Ka’ab bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Shubuh hari dari malam lailatul qadar matahari terbit tanpa sinar, seolah-olah mirip bejana hingga matahari itu naik.” (HR. Muslim no. 1174)

Bagaimana Seorang Muslim Menghidupkan Malam Lailatul Qadar?

Lailatul qadar adalah malam yang penuh berkah. Barangsiapa yang terluput dari lailatul qadar, maka dia telah terluput dari seluruh kebaikan. Sungguh merugi seseorang yang luput dari malam tersebut. Seharusnya setiap muslim mengecamkan baik-baik sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Di bulan Ramadhan ini terdapat lailatul qadar yang lebih baik dari 1000 bulan. Barangsiapa diharamkan dari memperoleh kebaikan di dalamnya, maka dia akan luput dari seluruh kebaikan.” (HR. Ahmad. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini shahih.)

Oleh karena itu, sudah sepantasnya seorang muslim lebih giat beribadah ketika itu dengan dasar iman dan tamak akan pahala melimpah di sisi Allah. Seharusnya dia dapat mencontoh Nabinya yang giat ibadah pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. ‘Aisyah menceritakan, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat bersungguh-sungguh pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan melebihi kesungguhan beliau di waktu yang lainnya.” (HR. Muslim no. 1175)

Seharusnya setiap muslim dapat memperbanyak ibadahnya ketika itu, menjauhi istri-istrinya dari berjima’ dan membangunkan keluarga untuk melakukan ketaatan pada malam tersebut. ‘Aisyah mengatakan, “Apabila Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memasuki sepuluh hari terakhir (bulan Ramadhan), beliau mengencangkan sarungnya (untuk menjauhi para istri beliau dari berjima’), menghidupkan malam-malam tersebut dan membangunkan keluarganya.” (HR. Bukhari no. 2024 dan Muslim no. 1174)

Sufyan Ats Tsauri mengatakan, “Aku sangat senang jika memasuki sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan untuk bertahajud di malam hari dan giat ibadah pada malam-malam tersebut.” Sufyan pun mengajak keluarga dan anak-anaknya untuk melaksana kan shalat jika mereka mampu. (Latho-if Al Ma’arif, hal. 331)

Adapun yang dimaksudkan dengan menghidupkan malam lailatul qadar adalah menghidupkan mayoritas malam dengan ibadah dan bukan seluruh malam. Pendapat ini dipilih oleh sebagian ulama Syafi’iyah. Menghidupkan malam lailatul qadar pun bukan hanya dengan shalat, bisa pula dengan dzikir dan tilawah Al Qur’an (Lihat ‘Aunul Ma’bud, 3/313, Mawqi’ Al Islam, Asy Syamilah). Namun amalan shalat lebih utama dari amalan lainnya di malam lailatul qadar berdasarkan hadits, “Barangsiapa melaksanakan shalat pada malam lailatul qadar karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari no. 1901)

Bagaimana Wanita Haidh Menghidupkan Malam Lailatul Qadar?

Juwaibir pernah mengatakan bahwa dia pernah bertanya pada Adh Dhohak, “Bagaimana pendapatmu dengan wanita nifas, haidh, musafir dan orang yang tidur (namun hatinya dalam keadaan berdzikir), apakah mereka bisa mendapatkan bagian dari lailatul qadar?” Adh Dhohak pun menjawab, “Iya, mereka tetap bisa mendapatkan bagian. Siapa saja yang Allah terima amalannya, dia akan mendapatkan bagian malam tersebut.” (Latho-if Al Ma’arif, hal. 331)

Dari riwayat ini menunjukkan bahwa wanita haidh, nifas dan musafir tetap bisa mendapatkan bagian lailatul qadar. Namun karena wanita haidh dan nifas tidak boleh melaksanakan shalat ketika kondisi seperti itu, maka dia boleh melakukan amalan ketaatan lainnya. Yang dapat wanita haidh lakukan ketika itu adalah: (1) Membaca Al Qur’an tanpa menyentuh mushaf, (2) Berdzikir dengan memperbanyak bacaan tasbih (subhanallah), tahlil (laa ilaha illallah), tahmid (alhamdulillah) dan dzikir lainnya, (3) Memperbanyak istighfar, dan (4) Memperbanyak do’a. (Lihat pembahasan di “Al Islam Su-al wa Jawab” pada link http://www.islam-qa.com/ar/ref/26753)

Beri’tikaf Demi Menanti Lailatul Qadar

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa beri’tikaf pada sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan sampai Allah mewafatkan beliau. Inilah penuturan ‘Aisyah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam beri’tikaf pada sepuluh hari terakhir dengan tujuan untuk mendapatkan malam lailatul qadar, untuk menghilangkan dari segala kesibukan dunia, sehingga mudah bermunajat dengan Rabbnya, banyak berdo’a dan banyak berdzikir ketika itu. (HR. Bukhari no. 2026 dan Muslim 1172)

Beberapa hal yang harus diperhatikan ketika ingin beri’tikaf.

Pertama, i’tikaf harus dilakukan di masjid dan boleh di masjid mana saja. I’tikaf disyari’atkan dilaksanakan di masjid berdasarkan firman Allah Ta’ala (yang artinya), “(Tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri’tikaf dalam masjid” (QS. Al Baqarah: 187). Demikian juga dikarenakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam begitu juga istri-istri beliau melakukannya di masjid, dan tidak pernah di rumah sama sekali.

Menurut mayoritas ulama, i’tikaf disyari’atkan di semua masjid karena keumuman firman Allah di atas (yang artinya) “Sedang kamu beri’tikaf dalam masjid”. Adapun hadits marfu’ dari Hudzaifah yang mengatakan, ”Tidak ada i’tikaf kecuali pada tiga masjid yaitu masjidil harom, masjid nabawi dan masjidil aqsho”. Perlu diketahui, hadits ini masih dipersilisihkan statusnya, apakah marfu’ (sabda Nabi) atau mauquf (perkataan sahabat).

Kedua, wanita juga boleh beri’tikaf sebagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengizinkan istri beliau untuk beri’tikaf. Namun wanita boleh beri’tikaf di sini harus memenuhi 2 syarat: (1) Diizinkan oleh suami dan (2) Tidak menimbulkan fitnah (masalah bagi laki-laki).

Ketiga, yang membatalkan i’tikaf adalah: (1) Keluar masjid tanpa alasan syar’i atau tanpa ada kebutuhan yang mubah yang mendesak (misalnya untuk mencari makan, mandi junub, yang hanya bisa dilakukan di luar masjid), (2) Jima’ (bersetubuh) dengan istri berdasarkan Surat Al Baqarah: 187 di atas.

Keempat, hal-hal yang dibolehkan ketika beri’tikaf di antaranya: (1) Keluar masjid disebabkan ada hajat seperti keluar untuk makan, minum, dan hajat lain yang tidak bisa dilakukan di dalam masjid, (2) Melakukan hal-hal mubah seperti bercakap-cakap dengan orang lain, (3) Istri mengunjungi suami yang beri’tikaf dan berdua-duaan dengannya, (4) Mandi dan berwudhu di masjid, dan (5) Membawa kasur untuk tidur di masjid.

Kelima, jika ingin beri’tikaf selama 10 hari terakhir bulan Ramadhan, maka seorang yang beri’tikaf mulai memasuki masjid setelah shalat Shubuh pada hari ke-21 (sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam) dan keluar setelah shalat shubuh pada hari ‘Idul Fithri menuju lapangan.

Keenam, hendaknya ketika beri’tikaf, sibukkanlah diri dengan melakukan ketaatan seperti berdo’a, dzikir, bershalawat pada Nabi, mengkaji Al Qur’an dan mengkaji hadits. Dan dimakruhkan menyibukkan diri dengan perkataan dan perbuatan yang tidak bermanfaat. (pembahasan i’tikaf ini disarikan dari Shahih Fiqih Sunnah, 2/150-158)

Semoga Allah memudahkan kita menghidupkan hari-hari terakhir di bulan Ramadhan dengan amalan ketaatan. Hanya Allah-lah yang memberi taufik.


Diantara kita mungkin pernah mendengar tanda-tanda malam lailatul qadar yang telah tersebar di masyarakat luas. Sebagian kaum muslimin awam memiliki beragam khurofat dan keyakinan bathil seputar tanda-tanda lailatul qadar, diantaranya: pohon sujud, bangunan-bangunan tidur, air tawar berubah asin, anjing-anjing tidak menggonggong, dan beberapa tanda yang jelas bathil dan rusak. Maka dalam masalah ini keyakinan tersebut tidak boleh diyakini kecuali berdasarkan atas dalil, sedangkan tanda-tanda di atas sudah jelas kebathilannya karena tidak adanya dalil baik dari al-Quran ataupun hadist yang mendukungnya. Lalu bagaimanakah tanda-tanda yang benar berkenaan dengan malam yang mulia ini ?

Nabi shallallahu’alaihi wa sallam pernah mengabarkan kita di beberapa sabda beliau tentang tanda-tandanya, yaitu:

1. Udara dan suasana pagi yang tenang

Ibnu Abbas radliyallahu’anhu berkata: Rasulullah shallahu’alaihi wa sallam bersabda:

“Lailatul qadar adalah malam tentram dan tenang, tidak terlalu panas dan tidak pula terlalu dingin, esok paginya sang surya terbit dengan sinar lemah berwarna merah” (Hadist hasan)

2. Cahaya mentari lemah, cerah tak bersinar kuat keesokannya

Dari Ubay bin Ka’ab radliyallahu’anhu, bahwasanya Rasulullah shallahu’alaihi wa sallam bersabda:

“Keesokan hari malam lailatul qadar matahari terbit hingga tinggi tanpa sinar bak nampan” (HR Muslim)

3. Terkadang terbawa dalam mimpi

Seperti yang terkadang dialami oleh sebagian sahabat Nabi radliyallahu’anhum

4. Bulan nampak separuh bulatan

Abu Hurairoh radliyallahu’anhu pernah bertutur: Kami pernah berdiskusi tentang lailatul qadar di sisi Rasulullah shallahu’alaihi wa sallam, beliau berkata,

“Siapakah dari kalian yang masih ingat tatkala bulan muncul, yang berukuran separuh nampan.” (HR. Muslim)

5. Malam yang terang, tidak panas, tidak dingin, tidak ada awan, tidak hujan, tidak ada angin kencang dan tidak ada yang dilempar pada malam itu dengan bintang (lemparan meteor bagi setan)

Sebagaimana sebuah hadits, dari Watsilah bin al-Asqo’ dari Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam:

“Lailatul qadar adalah malam yang terang, tidak panas, tidak dingin, tidak ada awan, tidak hujan, tidak ada angin kencang dan tidak ada yang dilempar pada malam itu dengan bintang (lemparan meteor bagi setan)” (HR. at-Thobroni dalam al-Mu’jam al-Kabir 22/59 dengan sanad hasan)

6. Orang yang beribadah pada malam tersebut merasakan lezatnya ibadah, ketenangan hati dan kenikmatan bermunajat kepada Rabb-nya tidak seperti malam-malam lainnya.

Wallahua’lam


“Sesunguhnya Kami telah menurunkannya (al-Quran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu. Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.” (QS al-Qadr [97]: 1-5).


Saudaraku, begitu besar kasih sayang yang diberikan Allah kepada hamba-Nya. Lihattlah kita, manusia, sebagai hamba-Nya dengan tabiat yang sering jatuh bangun dalam lumpur dosa. Namun Allah senantiasa mengasihi dengan memberi kita kemudahan-kemudahan untuk mensucikan diri dari karat-karat dosa dan kemaksiatan. Tak bisa dibayangkan, sebesar apa noda hitam kemaksiatan itu tergores dalam hati, apabila Allah tidak melimpahkan ampunan-Nya yang Maha Luas.

Ramadhan, merupakan salah satu sarana yang Allah berikan kepada kita memperoleh ampunan-Nya. Banyak sekali kelebihan-kelebihan yang Allah berikan kepada hamba-Nya melalui Ramadhan ini, sehingga wajar kalau Rasulullah mengekspresikan keutamaannya dengan perkataan “Apabila umat ini tahu apa yang ada dalam Ramadhan, niscaya mereka akan mengharapkan hal itu selam satu tahun penuh.” (HR Tabrani).

Bahkan salah satu malam yang diselimuti keberkahan hanya terdapat pada salah satu malam di bulan Ramadhan. Betapa agungnya Ramadhan sehingga tak ada selainnya yang mendapatkan malam mulia yang lebih baik dari seribu bulan. Rasulullah saw, bersabda, “Barangsiapa yang beribadah pada malam Lailatul Qadr, niscaya diampuni dosa-dosanya yang sudah lewat. (HR Bukhari dan Muslim)

Banyak penjelasan Rasulullah saw yang sampai pada kita tentang keutamaan-keutamaan malam yang penuh berkah ini. Sebagai malam yang terbaik dan paling barakah diantara malam yang ada, didalamnya Allah telah menjanjikan pada hambanya yang ikhlas dan berharap untuk mendapatkan perlindungan-Nya di hari akhir, akan melipatgandakan sampai 1000 bulan untuk amal-amalan kebaikan yang dilakukan pada malam ini.

Banyak sekali hadist yang menerangkan bahwa kaum muslim hendaklah mencari lailatul qadar diantara tanggal ganjil pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan (HR Bukhari) atau tujuh malam terakhir bulan itu (HR Bukhari). Tampaknya bagi kita tidak menjadi persoalan kapan lailatul qadar itu didatangkan, tetapi yang penting adalah menjemput kedatangannya pada setiap waktu dan mempersiapkan diri untuk itu. Mungkin lebih baik jika kita pusatkan perhatian pada kesiapan mental, kejernihan hati, ketulusan jiwa, keadilan pikiran, kepenuhan iman kita, serta totalitas iman dan kepasrahan jiwa kita kepada Allah Azza Wa Jalla.

Karena itulah, Ramadhan dengan lailatul Qadar-Nya sebagai media yang bisa mengantarkan kita pada kesucian. Adalah sangat disunahkan bagi kita untuk berusaha memperolehnya dengan memperbanyak ibadah dan amalan-amalan yang baik. Rasulullah, suatu ketika mengatakan “Barang siapa beramal pada malam lailatul qadar dengan penuh keimanan dan mengharap pahala dari Allah, maka terampunilah dosa-dosanya yang telah lalu”. Tidak berlebihan memang, kalau Allah menamainya yang kebaikannya melebihi seribu bulan.

Tentu alangkah sombongnya manusia yang sangat membutuhkan pengampunan dari Allah atas perbuatan-perbuatan mereka yang banyak menyimpang, apabila mereka menyia-nyiakan kesempatan emas yang bersifat tak tentu akan mereka dapatkan di masa-masa yang akan datang. Siapa yang bisa menjamin bahwa usia kita akan sampai Ramadhan tahun-tahun yang akan datang. Oleh karena itu merupakan keharusan yang tidak bisa tidak bagi kita, untuk mengejarnya, sehingga janji-janji Allah yang telah ditaburkan itu benar-benar bisa kita dapatkan.

Berangkat dari sini, kita bisa menyikapinya dengan senatiasa mengoptimalkan ibadah kita di 10 malam terakhir dalam bulan yang penuh rahmat ini. Dengan begitu kita tidak khawatir akan terlepas dari malam lailatul qadar. Karena kita mencarinya hanya pada malam-malam tertentu.

Kemudian setelah paparan diatas, kita sebagai hamba Allah yang benar-benar memahami kebenaran kekuasaannya sadar bahwa usaha kita dalam mencari lailatul qadar ini adalah untuk membuktikan dan merealisasikan penghambaan kita kepada Allah Swt, sehingga hal itu mengingatkan kita, seharusnya kita bersama-sama mendekatkan diri kapanpun dan dimanapun, tanpa dibatasi ruang dan waktu. Semoga Allah Yang Maha Agung, memberi kesempatan kepada kita untuk mengecap, menikmati, dan melampaui malam lailatul qadar pada bulan Ramadhan ini dengan kesungguhan beribadah dan keikhlasan hati.

Saudaraku yang budiman, para ulama menerangkan bahwa hikmah disembunyikannya malam qadar, tidak ditegaskan malamnya, ialah supaya kita berusaha mencarinya, meningkatkan ibadah di setiap malam, membanyakkan doa semoga memperolehnya, sebagaimana yang dilakukan ulam salaf.

Saudaraku yang baik, Rasulullah SAW sengaja memperlihatkan keistimewaan yang ada pada malam kemuliaan (lailatul qadr) yang penuh berkah itu. Karena beliau tahu bahwa dahulu pernah ada seorang lelaki bani Israil yang selama 1000 bulan selalu memakai pedang berjuang dijalan Allah. Karena umur ummatnya tidak ada yang sepanjang itu, maka Allah menurunkan surat Al-Quran yang menerangkan mengenai malam kemuliaan itu: “Sesungguhnya kami menurunkannya (al-Quran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemulian itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu penuh dengan kesejahteraan sampai terbit fajr” (Al Qadr 1-5).

Al Qadr berarti kemuliaan atau tempat kedudukan yang tinggi, atau dikatakan juga takdir (ketentuan) dan keduanya dianggap benar. Ia merupakan tempat menentukan segala urusan dalam setiap tahun, seperti firman Allah: “Sesungguhnya Kami menurunkan Al-Quran pada suatu malam yang diberkati, dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah” (Ad Dukhan 3-4).

Seribu bulan lebih lamanya daripada 83 tahun (sepanjang umur manusia). Dan melakukan ibadah pada malam itu pahalanya setara dengan melakukan ibadah sepanjang masa. Tentu saja itu merupakan kemurahan. Oleh karena itulah Rasulullah menjadi orang yang paling antusias untuk melakukannya. Demi hal itu beliau melakukan i’tikaf di masjid, seraya melepaskan diri dari segala kesibukan dunia. Beliau bersabda: “Barang siapa melakukan ibadah pada malam kemuliaan karena iman dan mencari pahala, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni”.

Suatu hal yang perlu diperhatikan mengenai keistimewaan malam kemuliaan ini ialah, bahwa Allah memuliakan segenap manusia dengan cara menurunkan cahaya petunjuk pada malam itu. Karenanya, gelap kesesatan hilang sirna. Pada malam itu Allah menghidupkan hati manusia kalau mereka mau melakukan amal-amal yang saleh. Pada malam itu turun para malaikat dan termasuk juga Jibril.

Satu lagi keistimewaan malam kemuliaan tersebut ialah, kalau peristiwa turunnya malaikat Jibril kepada Rasulullah SAW membawa wahyu sudah berlalu, maka pada malam kemuliaan itu seakan-akan merupakan rekonstruksinya ataupun demi pembaharuan kesejahteraan bagi manusia. Apabila Jibril waktu itu turun dengan membawa wahyu dan syariat Islam, maka pada malam kemuliaan itu beliau turun lagi setelah mendapat izin dari Rabbnya untuk mengatur segala urusan yang berlaku setahun bagi penghuni bumi. Para malaikat pun ikut turun dengan membawa segenap kesejahteraan. Pada malam itu seolah-olah seluruh dunia tengah terjaga menyambut tanda-tanda kesejahteraan, kedamaian, kebajikan dan keselamatan.

Ini mendorong kita untuk menyuarakan kepada segenap dunia bahwa sesungguhnya agama kita dan misi atau risalah nabi kita, adalah agama dan misi kesejahteraan yang selalu diperbaharui setiap tahunnya.

Malam kemuliaan merupakan karunia yang tiada duanya. Siapapun yang sampai terlambat memanfaatkannya, maka sama halnya ia telah berlaku aniaya terhadap dirinya sendiri. Karena istrinya Aisyah ra, Rasulullah SAW pernah memberikan wasiat:
“Apabila kamu mendapati malam itu (lailatul qadr), maka bacalah do’a ini: Allahumma innaka ‘afqun tuhibbul ‘afwa fa’annii. (Ya Allah, sesungguhnya Engkau maha pengampun, Engkau suka mengampuni, maka ampunilah aku)” (HR Tarmidzi).

Do’a tersebut mencakup segala kebajikan. Masalahnya kalau orang sudah diberikan ampunan, maka jiwa dan raganya akan terpelihara. Ia pun akan dipelihara dari hisab (perhitungan amal) dan siksa, sehingga ia akan memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat.

Rasulullah SAW sudah menjelaskan kepada para sahabatnya mengenai tanggal dari pada malam lailatul qadr tersebut, yakni disekitar bilangan sepuluh hari yang terakhir pada bulan Ramadhan. Agaknya masalah tersebut tidak perlu diperdebatkan, karena seluruh malam yang ganjil dari sepuluh malam terakhir, terdapat hadist yang memaparkan bahwa malam itu adalah lailatul qadr. Menurut pandangan kami (Athiyah Muhammad Salim), yang tepat ialah bahwa lailatul qadr itu tidak menentu dan berpindah-pindah.

“Ya Allah, tolonglah kami untuk bisa melakukan ibadah pada malam kemuliaan. Berikan kepada kami berkat kebajikannya. Ampunilah kami. Terimalah permohonan kami agar Engkau berkenan membebaskan kami semua dari siksa neraka. Sesungguhnya Engkau adalah Dzat yang maha mendengar dan yang maha mengabulkan do’a. Semoga shalawat dan salam sejahtera Allah senantiasa terlimpah bagi hamba dan Rasul-Nya yang mulia Muhammad SAW”.

Rasulullah SAW bersabda: “Perangilah nafsu kamu dengan menahan lapar dan dahaga, karena pahalanya seperti pahala orang yang berjihad di jalan Allah dan tidak ada amalan yang disukai di sisi Allah daripada menahan lapar dan dahaga”. Wallahu a’lam.



1. อัลลอฮ์ (ซ.บ) จะให้ ลิ้นของเรามี ฮิกมะห์ พูดอะไร เข้าใจง่ายและอยากฟัง

2. ละหมาด ตะฮัจยุด 2 รอกากอัต ดีกว่าโลก และ ทรัพสิน ที่มีอยู่

3. มีแสงสว่างในกุโบร์

4. เห็น สวรรค์ ก่อนตาย

5. ทำให้ ร่างกายแข็งแรงลบล้างความชั่ว

6. คนที่ละหมาดตะฮัจยุด เป็น อิสติกอมะห์ อัลลอ์ จะยกเกียรติ สูงสุดให้แก่เค้า

7. ปลอดภัยจากโรคร้าย และ บาลอ ต่างๆ

8. เป็นเวลาที่ใกล้ ชิดอัลลอฮ์ มากที่สุด เพระ ดุอาจะถูกตอบรับ

9. ก่อนนอน หากเราเหนียต ละหมาด ตะฮัจยุด แต่ไม่ตื่น เค้าก็ จะได้ ผลบุญนั้น เช่นกัน

10. เป็น อาม้าลของคนซอและห์

11. เป็น หัวใจของละหมาด สุนัตทั้งหมด

12. ขอดุอา เพื่อ ฮิดายัต ทั่ว โลก

13. ผุ้ปลุกคนให้ละหมาด ตะฮัจยุด เขาจะได้ ผลบุญ เท่ากับ ซิเกร ทั้งคืน


มาชาอัลลอฮ์ เป็น อย่างที่ นบี บอกจริงๆว่า ความดี นั้น มีมากมาย แต่ อัสตักฟิรุ้ลลออ์ คน ทำมันน้อยเหลือเกิน
ท่านฮาฟิซ อิบนิ มาญัร ได้ กล่าวไว้ในหนังสือของท่าน ชื่อว่า มุนับบิฮัตว่า มีเช่นเดียวที่จะ ขจัดมัน คือ

1. ความรักต่อโลก เป็น ความมืด แสงสว่างของมันคือการ ตักวา

2. การกระทำบาปเป็น ความมืด แสงสว่าง ของมันคือ การสารภาพผิด

3. ชีวิตในหลุมศพ คือ ความมืด แสงสว่างของมัน คือ ลาอี้ลาฮาอิ้ลลั้ลลอฮ์

4. ชีวิตในวันโลกหน้าคือความมืด แสงสว่างของมันคือ การประกอบคุณงามความดี

5. สะพาน ซีร็อตคือ ความมืด แสงสว่างของมัน คือ การศรัทธา อย่างมั่นคงความมืดอยู่ 5 ชนิด


เก็บ ไปคิดแล้ว ปฏิบัติ แล้ว บอกต่อๆกันไปด้วยะนะคะ ว่าสิ่งที่ เอามาบอกนี้ จริง ไหม แล้ว มัน มีประโยชน์ต่อจิตใจการกระทำแล้ว การดำเนินชีวิตเราอย่างไร ไม่มีคำว่าสาย สำหรับ การทำความดี ศาสนาเป็นเรื่องที่ละเอียดอ่อน แต่เราสามารถปฏิบัติ ได้ เพียงแค่เรา ตักวาต่ออั้ลลอฮ์ ซอบัร อดทนมากๆ ให้ คิดตลอดเวลาว่าเราต้องกลับไปหาอัลลอฮ์



RAMADAN menjanjikan ganjaran yang cukup istimewa bagi seorang Muslim ke arah mengecapi kecemerlangan hidupnya. Hal ini akan terlaksana dan tercapai dengan jayanya.

Pertama; jika setiap hamba benar-benar seorang Muslim yang mengerjakan ibadah puasa berteraskan keimanan dan muhasabah serta mengikuti sunnah Rasulullah SAW.

Kedua; yakin dengan ganjaran yang telah dijanjikan Allah SWT terhadap segala amalannya. Sabda Rasulullah SAW yang bermaksud:

Sesiapa yang menghidupkan Ramadan dengan penuh keimanan dan penuh kesedaran (mengharap ganjaran Allah) nescaya akan diampuni baginya dosa-dosa yang lalu. (riwayat al-Bukhari dan Muslim]

Memasuki detik 10 terakhir Ramadan pesona peribadi dan perilaku Rasulullah SAW terlakar dalam hadis yang diriwayatkan daripada Aisyah r.a yang bermaksud:

Adalah Rasulullah SAW apabila telah masuk 10 akhir daripada Ramadan, Baginda akan menghidupkan malam-malamnya, membangunkan ahli keluarganya dan mengikat pinggangnya. (riwayat al-Bukhari dan Muslim)

Kupasan ringkas hadis

Para ulama berbeza pendapat dalam memberi pentafsiran mereka terhadap hadis di atas. Namun demikian mereka sepakat bahawa Rasulullah SAW melipat-gandakan ibadatnya pada 10 malam yang terakhir Ramadan.

Hadis di atas menunjukkan betapa Rasulullah SAW amat memberi tumpuan serius pada detik malam 10 terakhir Ramadan terutama dalam perihal beribadah. Dalam sebuah hadis lain yang diriwayatkan daripada Aisyah r.a yang bermaksud:

Rasulullah SAW bersungguh-sungguh dalam 10 hari terakhir bulan Ramadan, suatu perkara yang tidak Rasulullah SAW lakukan pada bulan-bulan selainnya. (riwayat Muslim)

Tiga amalan Nabi 10 malam terakhir
*# Mandi, berpakaian indah dan berharum-haruman

Diriwayatkan oleh Ibnu Abi `Asim bahawa Huzaifah pernah mengerjakan qiyam Ramadan bersama Rasulullah dan melihat bahawa Baginda mandi pada malam itu. Ibnu Jarir pula berkata bahawa sahabat menyukai mandi pada malam-malam akhir Ramadan.

Demikian pula beberapa riwayat daripada sahabat seperti Anas bin Malik dan ulama pada masa Tabi'in menyatakan bahawa mereka akan mandi, memakai baju indah dan berharum-haruman apabila berada pada akhir Ramadan.

Apa yang dilakukan oleh Rasulullah, sahabat dan Tabi'in ini adalah satu upaya untuk menyambut dan meraikan kedatangan Lailatul Qadar, sambil berdoa mendapatkan keampunan dan keberkatan malam itu.

**# Melaksanakan solat sunat, iktikaf dan membaca al-Quran.

Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan satu hadis daripada Aishah, bermaksud: “Adalah Rasulullah apabila telah masuk 10 akhir daripada Ramadan, maka Baginda akan menghidupkan malam-malamnya, membangunkan keluarganya dan mengikat pinggangnya.”

Sahabat dan ulama berbeza pendapat dalam memberi penafsiran terhadap hadis di atas. Tetapi, mereka bersepakat bahawa Rasulullah melebihkan ibadatnya pada 10 malam yang terakhir Ramadan.

Ibadat yang biasa dilakukan pada malam Ramadan adalah solat Tarawih dan Witir serta membaca al-Quran. Dalam salah satu hadis yang diriwayatkan oleh Abu Daud dari Amru bin `Ash bermaksud: “Barang siapa yang solat pada malam Ramadan dan membaca 10 ayat daripada al-Quran maka dia tidaklah dicatat sebagai orang yang lalai.”

Mengerjakan solat dan membaca al-Quran pada pada malam yang akhir ini sangat penting hingga dalam salah satu riwayat dikatakan bahawa Rasulullah melakukan solat pada malam Ramadan dan membaca al-Quran dengan tertib.

Baginda tidak akan melalui ayat rahmat terkecuali berharap agar Allah memberikan rahmat itu dan tidak melalui ayat azab terkecuali bermohon perlindungan daripada Allah daripada azab itu.

Solat berjemaah juga sangat diutamakan pada malam akhir Ramadan hingga Imam Malik dan Imam Syafie berkata: “Siapa yang solat Isyak dan Subuh berjemaah pada malam al-Qadar, dia telah mengambil bahagiannya daripada malam itu.” Ertinya orang yang mengerjakan solat Isyak dan Subuh saja dianggap telah mendapat sebahagian daripada Lailatul Qadar, apa lagi mereka mengisinya dengan amalan lain sepanjang malam itu.

Selain solat dan membaca al-Quran, 10 akhir Ramadan ini biasanya diisi oleh Rasul dengan beriktikaf di masjid dan tidak tidur bersama isteri-isterinya. Ini berdasarkan hadis Aishah yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, bermaksud:”Bahawa Rasulullah beriktikaf pada 10 hari akhir sampai Baginda wafat.”

***# Memperbanyak doa.

Rasulullah bersabda doa adalah otak segala ibadat. Doa juga kunci daripada semua ibadat. Aishah diperintahkan oleh Rasulullah untuk memperbanyak doa pada 10 malam terakhir Ramadan.

Dalam satu hadis daripada Aishah diriwayatkan at-Tirmizi, Aishah diajar oleh Rasulullah membaca doa pada malam al-Qadar.

Ulama bersepakat bahawa doa yang paling utama pada malam al-Qadar adalah doa yang meminta keampunan dan kemaafan daripada Allah. Perkara ini seperti doa yang diajarkan Rasulullah kepada Aishah. Doanya berbunyi: “Allahumma innaka afuwun tuhibbul afwa fa' fu anni (maksudnya, Ya Allah, sesungguhnya Engkaulah Maha Pengampun, yang suka Maha Mengampun, maka ampunilah aku ini).”

Pada malam itu Allah akan mengabulkan semua permohonan dan doa, terkecuali terhadap empat golongan manusia. Ibnu Abbas berkata: “Semua doa pada malam itu diterima terkecuali doa orang meminum arak, anak yang derhaka kepada ibu bapa, orang yang selalu bertengkar dan mereka yang memutuskan silaturahim.”




“พืช” หมายถึง เมล็ดพันธุ์ไม้ พืชพันธุ์ก็ใช้ ในภาษาอาหรับเรียก ฮับบะฮฺ (حَبَّةٌ ) หรือ (حُبُوْبٌ ) หรือหมายถึง พรรณพืชทุกชนิด เรียกรวมๆ ในภาษาอาหรับว่า น่าบ๊าตฺ (نَبَاتٌ ) เรียกต้นไม้ ซึ่งหมายถึง พืชชนิดที่มีลำต้นใหญ่มีกิ่งแยกออกไปว่า ชะญะเราะฮฺ (شَجَرَةٌ ) และชาวอาหรับเรียกสมุนไพรว่า อัลอะอฺช๊าบ อัฏฏิบบียะฮฺ (اَلأَعْشَابُ الطِّبِّيَّةُ )

ในคัมภีร์อัลกุรอาน มีระบุถึงพันธุ์พืชและสมุนไพรตลอดจนผลไม้อาไว้หลายชนิด เท่าที่ตรวจทานพบมีดังนี้

1. อินทผลัม (อ่านว่า อินทะผะลำ) เป็นชื่อปาล์มชนิด Phoenix dactylifera Linn ในวงศ์ Plamae ผลกินได้ ภาษาปากมักเรียกว่า อินทผาลัม ในภาษาอาหรับ เรียกว่า อันนัคลุ้ (اَلنَّخْلُ ) หรือ อันนะคีลฺ (اَلنَّخِيْلُ ) เป็นไม้ยืนต้นชอบขึ้นในเขตร้อน มีลำต้นตั้งตรงและยาว มีผลออกเป็นทะลาย ผลของมันมีรสชาติอร่อย ใช้ทำแยมและบางชนิดใช้หมัก เรียกว่า นะบีซฺ อัลบะละฮฺ (نَبِيْذُاَلْبَلَحِ ) นักภาษาศาสตร์บอกว่า เหตุที่เรียกอินทผลัมว่า อันนะคีล เพราะมันมีรากศัพท์มาจากคำว่า นัคลฺ (نَخْلٌ ) ซึ่งหมายถึง คัดเลือก กลั่นกรอง เพราะอินทผลัมจัดเป็นพืชยืนต้นที่มีเกียรติที่สุดในประดาพืชยืนต้นด้วยกัน

ในคัมภีร์อัลกุรอาน ได้กล่าวถึงเรื่องของอินทผลัมเอาไว้หลายแห่งและหลายรูปคำ กล่าวคือ ใช้คำว่า “อันนัคลุ้” (اَلنَّخْلُ ) 10 แห่ง และใช้คำว่า “นัคลัน” (نَخْلاً ) 1 แห่งในบทอะบะสะ อายะฮฺที่ 29, และใช้คำว่า “อันนัคละฮฺ” (اَلنَّخْلَةُ ) 2 แห่งคือในบทมัรยัม อายะฮฺที่ 23 และ 25, และใช้คำว่า “นะคีล” (نَخِيْل ) 7 แห่งด้วยกัน รวม 20 แห่ง

อินทผลัมมีหลายสายพันธุ์และผลอินทผลัมก็มีชื่อเรียกแตกต่างกันไป เช่น อัลบะละฮฺ (اَلْبَلَحُ ) ซึ่งเป็นผลอินทผลัมช่วงก่อนสุก เมื่อเริ่มเข้าสีเรียกว่า อัลบุสรุ้ (اَلْبُسْرُ ) พอเริ่มสุกเรียกว่า อัรรุฏ่อบุ้ (الرُّطَبُ ) ส่วนอินทผลัมแห้งอย่างที่วางขายทั่วไปนั้นเรียกว่า ตัมรฺ (تَمْرٌ ) ส่วนหนึ่งจากสายพันธุ์ของอินทผลัม คือ ซุกกะรีย์ (سُكَّرِي ) และอัจญ์วะฮฺ (عَجْوَة ) เป็นต้น


มี ปรากฏในอัลหะดีษซึ่งรายงานโดย อันนะซาอีย์และอิบนุมาญะฮฺ จากท่านหญิงอาอิชะฮฺ (ร.ฎ) ว่า ท่านศาสดา (ศ้อลลัลลอฮุอะลัยฮิวะซัลลัม) ได้กล่าวว่า “พวกท่านจงกินอินทผลัมสด (อัลบะละฮฺ) กับอินทผลัมสุกที่แห้ง (อัตตัมรฺ)...” นักการแพทย์ชาวมุสลิมระบุว่า ที่ท่านศาสดา (ศ้อลลัลลอฮุอะลัยฮิวะซัลลัม) ใช้ให้กินอินทผลัมสดกับอินทผลัมสุกที่แห้ง

โดย ไม่ใช้ให้กินอินทผลัมที่เริ่มเข้าสี (อัลบุสรุ้) กับอินทผลัมสุกที่แห้ง เป็นเพราะอินทผลัมสด (อัลบะละฮฺ) มีสรรพคุณเป็นของเย็นและแห้ง ส่วนอินทผลัมสุกที่แห้ง (อัตตัมรฺ) มีสรรพคุณเป็นของร้อนชื้น แต่ละชนิดจะแก้กัน เหมือนกับกินทุกเรียนซึ่งร้อนก็ให้กินมังคุดตามเพราะเป็นของเย็น ส่วนอินทผลัมที่เข้าสี (อัลบุสรุ้) นั้นมีสรรพคุณเหมือนกับอินทผลัมสุกที่แห้ง (อัตตัมรฺ) คือเป็นของร้อน อินทผลัมมีสรรพคุณร้อนค่อนข้างมาก จึงไม่เป็นการดีที่จะรวมเอาของกินที่มีสรรพคุณร้อนกับร้อนมารวมกันหรือเย็น กับเย็นมารวมกัน

อินทผลัม สด (อัลบะละฮฺ) มีสรรพคุณเย็นและแห้ง ทางยาแล้วมีประโยชน์ต่อปาก, เหงือก และกระเพาะอาหาร แต่ไม่ดีสำหรับอก ปอด ซึ่งมีอาการอักเสบ ย่อยยาก แต่ดูดซึมเป็นสารอาหารได้ง่าย อินทผลัมที่เข้าสี (อัลบุสรุ้) มีสรรพคุณร้อนแห้ง ลดความชื้น ฟอกกระเพาะ แต่ทำให้ท้องผูกได้



มี เรื่องราวตอนที่พระนางมัรยัม (อะลัยฮิซซลาม) คลอดท่านศาสดาอีซา (อะลัยฮิซซลาม) ถูกระบุไว้ในคัมภีร์อัลกุรอาน บทมัรยัม อายะฮฺที่ 25 ว่า “และ เจ้าจงเขย่าต้นอินทผลัมมาทางเจ้า มันจะหล่นลงมาบนตัวเจ้า เป็นอินทผลัมที่สดมีรสอร่อย แล้วเจ้าจงกินและจงดื่ม และจงทำจิตใจให้เบิกบานเถิด”

การ เขย่าต้นอินทผลัมให้สะเทือนจนทำให้ผลของมันร่วงหล่นลงมา ดูจะเป็นเรื่องที่ยากเย็นยิ่งนักสำหรับผู้หญิงตัวเล็กๆ มิหนำซ้ำยังเป็นหญิงที่เพิ่งจะคลอดบุตร แต่คำสั่งของพระผู้เป็นเจ้าในเรื่องนี้สอนให้รู้ถึงคุณค่าของความเพียร พยายาม ในการกระทำเหตุปัจจัยเสียก่อน ส่วนผลที่จะเกิดขึ้นนั้นเป็นการเอื้ออำนวยของพระผู้เป็นเจ้า (ซ.บ)

นัก วิชาการระบุว่า ในผลอินทผลัมสดนั้น “มีฮอร์โมน ไบโตซีน” ซึ่งมีสรรพคุณในการทำให้บาดแผลที่มดลูกหดหรือลดขนาดลงและห้ามเลือดออกที่ มดลูกได้ นอกจากนี้อินทผลัมยังมีกลูโคส 75-87 % ฟรุกโตส 45% และ ยังมีโปรตีนและไขมันตลอดจนวิตามินบางชนิด เช่น 10, บี 2, บี 12 และแร่ธาตุที่สำคัญ เช่น แคลเซียม, ฟอสฟอรัส, โปตัสเซียม, กำมะถัน, โซเดียม, แมกนีเซียม, โคบอลต์, สังกะสี เป็นต้น ฟรุกโตสจะแปรสภาพเป็นกลูโคสอย่างรวดเร็วและดูดซึมโดยตรงจากระบบย่อยอาหาร จึงลดอาการอ่อนเพลียและการที่ร่างกายสูญเสียน้ำและกระตุ้นการทำงานของเซลล์ สมอง ระบบประสาท เซลล์เลือดแดง และกระดูกเป็นต้น

อินทผลัม ยังเป็นแหล่งรวมของวิตามินหลายตัว ซึ่งมีบทบาทสำคัญในการให้สารอาหาร การระงับประสาท การสร้างความชุ่มชื่น และการคลายกล้ามเนื้อ เป็นต้น (โดยสรุป, เมาซูอะฮฺ อัลอิอฺญาซฺ อัลอิลมี่ย์, ยูซุฟ อัลฮัจยีอะฮฺหมัด, สำนักพิมพ์ อิบนุ ฮะญัร, (2003) หน้า 755-758)
มีรายงานจากท่านอนัส (ร.ฎ) ว่า “ท่านศาสนทูต (ศ้อลลัลลอฮุอะลัยฮิวะซัลลัม) จะละศีลอดด้วยอินทผลัมสดหลายเม็ดก่อนหน้าที่ท่านจะละหมาด...” ทั้งนี้เนื่องจากการถือศีลอด ทำให้กระเพาะอาหารว่าง เมื่อทานอินทผลัมสดเข้าไป ความหวานของอินทผลัมจะไปดูดซึมไปหล่อเลี้ยงตับและอวัยวะต่างๆ ของร่างกายให้กลับมาชุ่มชื่นขึ้นอีกครั้ง


ในนครมาดีนะฮฺ มีอินทผลัมสายพันธุ์ที่ดีที่สุดสายพันธุ์หนึ่ง เรียกว่า อัจวะฮฺ (عَجْوَةٌ ) มีรสชาติอร่อย ไม่หวานมาก มีประโยชน์ต่อร่างกายและเป็นยารักษาโรคได้ มีระบุในอัลหะดีษว่า “ผู้ใดรับประทานอินทผลัมอัจวะฮฺ 7 เม็ดในยามเช้า พิษและไสยศาสตร์ย่อมไม่ทำอันตรายผู้นั้นได้ในวันดังกล่าว” จากอัลหะดีษบทนี้ อินทผลัม อัจวะฮฺมีสรรพคุณในการป้องการคุณไสยและพิษต่างๆ หากรับประทานเป็นประจำ จำนวน 7 เม็ด

อัลหะดีษอีกบทหนึ่งระบุว่า : อินทผลัมที่ดีที่สุดของพวกท่านคือ อัลบุรนี่ย์ (اَلْبُرْنِيُّ ) มันจะทำให้โรคหมดไป และไม่มีโรคร้ายในมัน (บันทึกโดย อัตตอบรอนีย์, อัลฮากิม, อิบนุ อัซซุนนีย์ และอบูนุอัยมฺ เป็นหะดีษฮะซัน) ดร.อับดุลลอฮฺ อับดุรร่อซฺซ๊าก อัสสะอีด ได้ทดลองเกี่ยวกับเรื่องนี้ ปรากฏว่า เชื้อโรคไม่อาจมีชีวิตอยู่ในอินทผลัมได้จริงตามที่ระบุในอัลหะดีษ



For Muslims around the world, the holy month of Ramadhan is a time when people fast between dawn and sunset, perform more prayers, read more Qur’an, give more sadaqah (voluntary charity), and worship more than at any other time during the year.

Muslims around the world perform the same types of worship in the same way. However Ramadhan traditions vary from one country to another, and even from town to village. For Egyptians, the holy month of Ramadhan is the most special occasion of the year. The saying goes, ‘If you haven’t seen Ramadhan celebrated in Egypt then you haven’t seen celebrations!’

Salam Ramadhan 1431, semoga anda sudah bersedia menyambutnya dengan penuh girang dan semangat beribadah. Saja terkenang suasana puasa di Mesir, meriah dengan pesta ibadah, si faqir senang menyambutnya, si kaya pula bermurah hati.

Yang paling menarik ialah " Maidah Rahman" jamuan berbuka puasa untuk semua sepanjang bulan Ramadhan diadakan di merata-rata sebagai tanda syukur si kaya dan habuan kasih buat yang tak berada.

Hampir setiap tepian jalan, ada yang menjual pelbagai buahan kering seperti Tamar,tin.angun, dan buahan2 lain lagi. Tak kurang sebelah petangnya pula dipenuhi gerai menjual air Tamarhindi, A'rqusus, Dum, Karab dan air Tebu pun ada.

Dicorong radio pula sering dikumandangkan pelbagai irama bertema Ramadhan, antaranya lagu yang saya letak dibawah ini, " Ahlan Ramadhan". Ia mengingatkan semula kenangan manis berpuasa di bumi Mesir.


1. Sahur dan keutamaannya.

Dari Anas bin Malik Ra, Rasulullah Saw bersabda,

تَسَحَرُوْا فَاِنَ فِى السَحُوْرِ بَرَكةً

“Sahurlah kalian, karena dalam makan sahur terdapat berkah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Kandungan Hadits:

1. Sunat makan sahur dan sahur banyak pahalanya.
2. Berkah dalam sahur adalah menunaikan perintah agama, menguatkan ibadah, bertambah semangat dan faedah lainnya.

2. Berbuka puasa dan keutamaan menyegerakannya.

Dari Sahl bin Sa’ad Ra, bahwasanya Rasulullah Saw bersabda,

لَا يَزَالُ النَاسُ بِخَيْرٍ مَا عَجَلُوا الفِطْرَ

“Manusia senantiasa dalam kebajikan, selama mereka segera berbuka.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Hurairah Ra, Rasulullah Saw bersabda,

قَالَ اللُه عَزَّ وَجَلَّ : “أَحبَّ عِبَادِى أِلَىَّ أَعْجَلُهُمْ فِطْرًا”

“Allah Azza wa Jalla berfirman: “Hamba yang paling Aku cintai ialah yang paling cepat berbuka.” (HR. At Tirmidzi)

Kandungan Hadits:

1. Sunat segera berbuka bagi orang yang berpuasa jika yakin matahari tenggelam dengan melihat secara langsung atau berita orang yang terpercaya.
2. Makruh keterlaluan dalam beragama.
3. Boleh mengakhiri berbuka karena ada perlu. Namun segera berbuka lebih di cintai Allah.

3. Sunnah berbuka puasa dengan kurma dan air.

Dari Sulaiman bin Amir Adh Dhabbiy Ra, dari Nabi Saw, beliau bersabda:

أِذَا أفْطَرَ أَحَدُكُمْ فَلْيُفْطِرْ عَلَى تَمْرٍ لَمْ يَجِدْ فَلْيُفطِرُ عَلَى مَاءٍ فَاِنَّهُ طَهُوْرٌ

“Ababila salah seorang dari kamu berbuka, maka berbukalah dengan kurma. Jika tidak menemukan, berbukalah dengan air, karna sesungguhnya air itu suci.” (HR. Imam lima dan dianggap sahih oleh ibnu Huzaimah, Ibnu Hibbab dan Hakim)

Kandungan Hadits:

1. Sunat berbuka dengan kurma. Jika tidak ada, sunat berbuka dengan air.
2. Bebuka dengan air lebih baik daripada air, sebab banyak faedah penting bagi perut dan mata menurut medis.

4. Larangan berbohong dan berbuat kebodohan ketika berpuasa.

Dari Abu Hurairah Ra, ia berkata, Rasulullah Saw bersabda,

وَمَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّوْرِ وَالعَمَلَ بِهِ وَالجَهْلَ فَلَيْسَ اِللهِ حَاجَةٌ فِى أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ

“Barangsiapa yang tidak meninggalkan ucapan bohong dan mengerjakan perbuatan bohong dan kebodohan, maka bagi Allah tidak ada kebutuhan dalam ia meninggalkan makan dan minum.” (HR. Bukhari dan Abu Dawud. Lafal hadist menurut Abu Dawud)

Kandungan Hadits:

1. Dusta dan berbuat jahil kepada orang puasa sangat haram.
2. Barangsiapa melakukan maksiat-maksiat tersebut, dikhawatirkan puasanya tidak di terima.

5. Mencium Istri ketika berpuasa.

Dari Aisyah Ra, ia berkata:

كَانَ النَّبِيِّ يُقَبِّلُ وَهُوَ صَائِم وَيُبَاشِرُ وَهُوَ صَائِم وَلَكِنَّهُ كَانَ أَمْلَكَكُمْ اِلأِرْبِهِ

“Nabi Saw pernah mencium dan bercumbu (dengan istri) dalam keadaan berpuasa. Tetapi beliau orang yang paling kuat menahan nafsu daripada kamu.” (HR. Bukhari dan Muslim. Lafal hadist menurut muslim. Ia menambahkan dalam riwayat lain: “Demikian itu pada bulan Ramadhan”)

Kandungan Hadits:

1. Lelaki yang berpuasa boleh mencium dan bersentuhan dengan isrinya jika tidak mengkhawatirkan nafsu bangkit.
2. Sunat tidak mencium dan tidak bersentuhan bagi orang puasa jika mengkhawatirkan nafsu bangkit.
3. Boleh menceritakan hal-hal yang memalukan demi menjelaskan kebenaran.

6. Melakukan bekam (hijamah) ketika berpuasa.

Dari Ibnu Abbas Ra,

أَنْ النَّبِيِّ إِحْتَجَمَ وَهُوَ مُحْرِمٌ وَ إِحْتَجَمَ وَهُوَ صَائِمٌ

“Bahwasanya Nabi Saw berbekam, padahal beliau dalam keadaan ihram dan beliau berbekam dalam keadaan berpuasa.” (HR. Bukhari)

Dari Syaddad bin Aus Ra,

النَّبِيِّ أَتَى عَلَى رَجُلٍ بِاْلبَقِيْعِ وَهُوَ يَحْتَجِمُ فِى رَمَضَانَ فَقَالَ : “أفْطَرَ الْحَاجِمُ وَالْمَحْجُوْمُ”

“Bahwasanya Nabi Saw pernah melewati seorang lelaki yang berbekam di bulan Ramadhan di Baqi’. Maka beliau bersabda: “Berbukalah orang yang berbekam dan yang di bekam.” (HR. Imam lima kecuali Tirmidzi dan disahihkan oleh Ahmad, Ibnu Huzaimah dan Ibnu Hibban)

Dari Anas bin Malik Ra, ia berkata,

أَوَّلُ مَا كُرهَتِ الْحِجَامَةُ لِلصَّائِم أَنَّ جَعْفَرَ بْنَ أَبِى طَالِبٍ إِحْتَجَمَ وَهُوَ صَائِمٌ فَمَرَّ بِهِ النَّبِيِّ ص م فَقَالَ : ” أفْطَرَ هَذَانِ” ثُمَّ رَخَّصَ النَّبِيُّ ص م بَعْدَ فِى الْحِجَامَةِ لِلصَّائِم وَكَانَ أَنَسٌ يَحْتَجِمْ وَهُوَ صَائِمٌ

”Pertama kali dimakruhkan berbekam bagi orang yang berpuasa adalah Ja’far bin Abu thalib. Ia berbekam dalam keadaan berpuasa dan Nabi Saw, melewatinya. Maka beliau bersabda: “Dua orang ini berbuka puasanya.” Kemudian Nabi Saw memberi kemurahan berbekam bagi orang yang berpuasa sesudah itu. Dan Anas pernah berbekam dalam keadaan berpuasa.” (HR. Daruquthni dan ia menguatkanya)

Kandungan Hadits:

1. Berbekam tidak membatalkan puasa menurut mayoritas ulama berdasarkan hadist Ibnu Abbas yang menasakh hadist Syaddad bin Aus ra. Sebagaimana ditunjukkan oleh hadist Anas. Di samping itu, Ibnu Abbas menemani Nabi Saw saat haji wada’ tahun 10 Hijriah, karena itu, hadistnya Mutakhir. Sementara Syaddad menemani Nabi pada tahun penaklukan Mekkah tahun 8 Hijriah, jadi hadistnya lebih dahulu.
2. Yang terbaik adalah menjauhi bekam pada saat berpuasa. Demikian menurut Imam Syafi’i.

7. Memakai celak mata ketika berpuasa.

Dari Aisyah Ra,

أَنَّ النَّبِيَّ ص م إِكْتَحَلَ فِى رَمَضَانَ وَهُوَ صَائِمٌ

“Bahwasanya Nabi Saw memekai celak mata dalam bulan Ramadhan dan beliau sedang berpuasa.” (HR. Ibnu Majah dengan sanad lemah. Tirmidzi berkata: “Tidak ada hadist sahih sedikitpun dalam bab ini”).

Kandungan Hadits:

1. Memakai celak tidak membatalkan puasa Ramadhan.

8. Hukum makan dan minum karena lupa ketika berpuasa.


Dari Abu Hurairah ra ia berkata, Rasulullah Saw bersabda,

مَنْ نَسِىَ وَهُوَ صَائِمٌ فَأَكَلَ أَوْ شَرِبَ فَلْيُتِمَّ صَوَمَهُ فَإِنَّمَا أَطْعَمَهُ اللهُ وَسَقَاهُ

“Barangsiapa yang lupa, ia sedang berpuasa, kemudian ia makan dan minum, maka hendaklah ia menyempurnakan puasanya, karena sesungguhnya Allah telah memberi ia makan dan minum.” (HR. Bukhari dan Muslim)

وَلِلْحَاكِمْ “مَنْ أفْطَرَ فِى رَمَضَانَ نَاسِيًا فَلَا قَضَاء عَلَيْهِ وَلَا كَفَّارَةَ” وَهُوَ صَحِيْحٌ.

Menurut Hakim disebutkan: “Barangsiapa yang berbuka dalam bulan Ramadhan karena lupa, maka tidak wajib mengqadla dan membayar kifarat baginya.” Hadist ini sahih.

Kandungan Hadits:

1. Makan, minum, senggama yang di lakukan karena lupa tidak membatalkan puasa dan tidak mewajibkan qadha.
2. Puasa tidak batal karena lupa, baik puasa fardhu maupun sunat.

9. Muntah ketika berpuasa.


Dari Abu Hurairah Ra ia berkata, Rasulullah Saw bersabda,

مَنْ ذَرَعَهُ اْلقَيْئُ فَلَا قَضَاءَ عَلَيهِ وَمَنْ اسْتَقَاءَ فَعَلَيْهِ القَضَاءُ

“Barangsiapa yang terpaksa muntah, maka ia tidak wajib mengqadha. Dan barangsiapa yang sengaja muntah, maka ia wajib mengqadha.” (HR. Imam lima. Ahmad mengaggap ma’lul sedangkan Daruquhtni menguatkan).

Kandungan Hadits:

1. Muntah, bekam dan mimpi basah tidak membatalkan. Sedangkan sengaja ingin muntah dan ingin keluar muntah membatalkan puasa.

10. Kafarat orang yang jima’ suami-istri disiang hari bulan Ramadhan.


Dari Abu Hurairah Ra ia berkata,

جَاءَ رَجُلُ إِلَى النَّبِيِّ ص م فَقَالَ : هَلَكْتُ يَا رَسُولُ اللهِ؟ قَالَ : “وَمَا أَهْلَكَ” قَالَ : وَقَعْتُ عَلَى امْرَأَتِى فِى رَمَضَانَ فَقَالَ : “هَلْ تَجِدُ مَا تَقْتِقُ رَقَبَةً؟ قَالَ : لَا قَالَ : “فَهَل تَسْـتَطِيعُ أَنْ تَصُومَ شَهْرَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِ؟ ” قَالَ : لَا قَالَ : “فَهَل تَجِدُ مَا تُطْعِمُ سِتِّيْنَ مِسْكِيْنًا؟ ” قَالَ : لَا ثُمَّ جَلَسَ فَأُتِي النَّبِيِّ ص م بِعَرَقٍ فِيْهِ تَمْرٍ فَقَالَ : “تَصَدَّقْ بِهَذَا” فَقَالَ : أَعَلَى أَفْقَرَ مِنَّا؟ فَمَا بَيْنَ لَا بَتَيْهَا أَهْلُ بَيْتٍ أَحْوَجُ إِلَيْهِ مِنَّا فَضَحِكَ النَّبِيِّ ص م حَتَّى بَدَتْ أَنْيَابُهُ ثُمَّ قَالَ : “إِذْهَبْ فَأُطْعِمْهُ أَهْلَكَ” { رَوَاهُ السَّبْعَةُ وَاللَّفْظُ لِمُسْلِم}

“Ada seorang lelaki datang kepada Nabi Saw, dan berkata: “Wahai Rasulullah, aku telah celaka.” Nabi Saw, bertanya: “Apakah yang mencelakakanmu?” Ia menjawab: “Aku telah bersetubuh dengan istriku di bulan Ramadhan.” Nabi bertanya: “Dapatkah engkau memerdekakan seorang budak?” Ia menjawab: “Tidak.” Nabi bertanya: “Mampukah engkau puasa dua bulan berturut-turut?” Ia menjawab: “Tidak.” Nabi bertanya: “Dapatkah engkau memberi makan kepada 60 orang miskin?” Ia menjawab: “Tidak.” Kemudian Nabi duduk lalu diberi satu keranjang besar berisi tamar (kurma). Lalu beliau bersabda: “Sedekahkan ini!” Lelaki itu bertanya: “Apakah kepada orang yang lebih fakir daripada aku? Tiada di antara dua gunung Madinah penghuni rumah yang lebih memerlukan kurma itu daripada aku.” Maka Nabi Saw tertawa sehingga kelihatan gigi taringnya. Lalu beliau bersabda: “Pergilah, berikanlah itu kepada keluargamu.” (HR. Imam tujuh dan lafal hadist menurut riwayat Muslim).

Kandungan Hadits:

1. Wajib kifarat atas orang yang bersenggama pada siang hari Ramadhan, baik dia kaya atau miskin.
2. Kifarat lelaki yang menyenggama istrinya pada siang hari Ramadhan adalah memerdekakan budak mukmin atau berpuasa dua bulan berturut-turut atau memberi makan enamm puluh miskin. Kifarat ini bersifat tertib.
3. Kifarat tersebut harus tertib dan urut. Tidak boleh berpindah ke hal kedua jika mampu melakukan yang pertama.
4. Boleh memakan makanan kifarat bagi orang yang wajib kifarat jika miskin.
5. Pihak wanita juga harus membayar kifarat jika dia suka sama suka. Jika di paksa, dia tidak wajib kifarat. Sebab Allah mengampuni orang yang lupa, orang yang di paksa dan orang yang khilaf.
6. Suanat bersikap lemah lembut kepada pelajar.
7. Boleh memberitahukan apa yang di lakukan lelaki dengan istrinya jika diperlukan.
8. Di benarkan ucapan mukallaf mengenai sesuatu yang tidak bisa diketahui, kecuali dari omongannya.

11. Berpuasa bagi yang junub.


Dari Aisyah dan Ummi Salamah Ra,

أَنَّ النَّبِيَّ كَانَ يُصِبْحُ جُنُبًا مِنْ جِمَاعٍ ثُمَّ يَغْتَسِلُ وَيَصُوْمُ { مُتَفَقٌ عَلَيْهِ وَزَادَ مُسْلِم فِى حَدِيثِ أُمُّ سَلَمَةَ “وَلَا يَقْضِي”}

“Bahwasanya Nabi Saw bangun pagi dalam keadaan junub karena bersetubuh. Kemudian beliau mandi dan berpuasa.” (HR. Bukhari dan Muslim. Muslim menambahkan dalam hadist Ummi Salamah:” Beliau tidak mengqdha puasa”).

Kandungan Hadits:

1. Sah puasa orang yang pagi hari junub karena senggama atau lainnya.
2. Boleh senggama pada malam-malam Ramadhan.

Wallahu’alam Bish Showab…



1. Menyegerakan berbuka puasa

2. Berdoa ketika berbuka puasa

3. Bersahur dan melewatkan waktunya

4. Memperbanyakkan sedekah dan berbuat kebajikan

5. Meninggalkan perkara keji dan mungkar

6. Memperbanyakkan membaca Al-Quran dan menuntut ilmu

7. Menghidupkan malam Ramadhan dan mendirikan solat Terawikh

8. Memperbanyakkan berdoa kepada Allah SWT

9. Meningkatkan ibadah pada 10 malam terakhir Ramadhan

10. Iktikaf di masjid

***"Selamat Berpuasa kepada kaum muslimin dan muslimah"***



"Wahai orang-orang yang beriman ! Diwajibkan kepada kamu puasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang yang sebelum kamu,supaya kamu menjadi orang-orang yang bertaqwa." (S.al-Baqarah:183)

PUASA menurut syariat ialah menahan diri dari segala sesuatu yang membatalkan puasa (seperti makan, minum, hubungan kelamin, dan sebagainya) semenjak terbit fajar sampai terbenamnya matahari,dengan disertai niat ibadah kepada Allah,karena mengharapkan redho-Nya dan menyiapkan diri guna meningkatkan Taqwa kepada-Nya.

RAMAHDAH bulan yang banyak mengandung Hikmah didalamnya.Alangkah gembiranya hati mereka yang beriman dengan kedatangan bulan Ramadhan. Bukan sahaja telah diarahkan menunaikan Ibadah selama sebulan penuh dengan balasan pahala yang berlipat ganda,malah dibulan Ramadhan Allah telah menurunkan kitab suci al-Quranulkarim,yang menjadi petunjuk bagi seluruh manusia dan untuk membedakan yang benar dengan yang salah.

Puasa Ramadhan akan membersihkan rohani kita dengan menanamkan perasaan kesabaran, kasih sayang, pemurah, berkata benar, ikhlas, disiplin, terthindar dari sifat tamak dan rakus, percaya pada diri sendiri, dsb.

Meskipun makanan dan minuman itu halal, kita mengawal diri kita untuk tidak makan dan minum dari semenjak fajar hingga terbenamnya matahari,karena mematuhi perintah Allah.Walaupun isteri kita sendiri, kita tidak mencampurinya diketika masa berpuasa demi mematuhi perintah Allah s.w.t.

Ayat puasa itu dimulai dengan firman Allah:"Wahai orang-orang yang beriman" dan disudahi dengan:" Mudah-mudahan kamu menjadi orang yang bertaqwa."Jadi jelaslah bagi kita puasa Ramadhan berdasarkan keimanan dan ketaqwaan.Untuk menjadi orang yang beriman dan bertaqwa kepada Allah kita diberi kesempatan selama sebulan Ramadhan,melatih diri kita,menahan hawa nafsu kita dari makan dan minum,mencampuri isteri,menahan diri dari perkataan dan perbuatan yang sia-sia,seperti berkata bohong, membuat fitnah dan tipu daya, merasa dengki dan khianat, memecah belah persatuan ummat, dan berbagai perbuatan jahat lainnya.Rasullah s.a.w.bersabda:

"Bukanlah puasa itu hanya sekedar menghentikan makan dan minum tetapi puasa itu ialah menghentikan omong-omong kosong dan kata-kata kotor."
(H.R.Ibnu Khuzaimah)

Beruntunglah mereka yang dapat berpuasa selama bulan Ramadhan, karena puasa itu bukan sahaja dapat membersihkan Rohani manusia juga akan membersihkan Jasmani manusia itu sendiri, puasa sebagai alat penyembuh yang baik. Semua alat pada tubuh kita senantiasa digunakan, boleh dikatakan alat-alat itu tidak berehat selama 24 jam. Alhamdulillah dengan berpuasa kita dapat merehatkan alat pencernaan kita lebih kurang selama 12 jam setiap harinya. Oleh karena itu dengan berpuasa, organ dalam tubuh kita dapat bekerja dengan lebih teratur dan berkesan.

Perlu diingat ibadah puasa Ramadhan akan membawa faaedah bagi kesehatan
rohani dan jasmani kita bila ditunaikan mengikut panduan yang telah ditetapkan, jika tidak maka hasilnya tidaklah seberapa malah mungkin ibadah puasa kita sia-sia sahaja.

Allah berfirman yang maksudnya:

"Makan dan minumlah kamu dan janganlah berlebih-lebihan sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan." (s.al-A'raf:31)

Nabi s.a.w.juga bersabda:

"Kita ini adalah kaum yang makan bila lapar, dan makan tidak kenyang."

Tubuh kita memerlukan makanan yang bergizi mengikut keperluan tubuh kita. Jika kita makan berlebih-lebihan sudah tentu ia akan membawa muzarat kepada kesehatan kita. Boleh menyebabkan badan menjadi gemuk, dengan mengakibatkan kepada sakit jantung, darah tinggi, penyakit kencing manis, dan berbagai penyakit lainnya. Oleh itu makanlah secara sederhana, terutama sekali ketika berbuka, mudah-mudahan Puasa dibulan Ramadhan akan membawa kesehatan bagi rohani dan jasmani kita. Insy Allah kita akan bertemu kembali.

Allah berfirman yang maksudnya: "Pada bulan Ramadhan diturunkan al-Quran
pimpinan untuk manusia dan penjelasan keterangan dari pimpinan kebenaran
itu, dan yang memisahkan antara kebenaran dan kebathilan. Barangsiapa menyaksikan (bulan) Ramadhan, hendaklah ia mengerjakan puasa.

(s.al-Baqarah:185)


-------------------------------------1/6-----------------------------------


มุสลิม ในประเทศต่างๆเริ่มบำเพ็ญศีลในวันที่ 1 เราะมะฎอนปีนี้ทั้งวันที่ 11 และ 12 สิงหาคม ด้วยเหตุผลแตกต่างกัน ทั้งที่เห็นเสี้ยวจันทร์ค่ำแรกของเดือนใหม่ ทั้งที่ยึดถือตามการคำนวณ และทั้งที่ฟังประกาศจากซาอุดีฯ

เดือนเราะมะฎอนปีนี้มีการเริ่มต้นทั้งวันพุธที่ 11 และวันพฤหัสบดีที่ 12 สิงหาคม ทั้งๆที่มุสลิมในประเทศทั้งหมดเกือบทั้งโลกดูเสี้ยวจันทร์ค่ำแรกของเดือน ใหม่ตรงกันในเย็นวันอังคารที่ 10 สิงหาคม หลังตะวันลับขอบฟ้ายกเว้นไม่กี่ประเทศที่ดูเสี้ยวจันทร์ในวันพุธที่ 11 สิงหาคม เพราะเริ่มต้นเดือนชะอฺบานช้ากว่าในประเทศอื่นๆ และเท่าที่มีรายงานข่าวพอรวบรวมได้ มุสลิมในประเทศต่างๆที่เริ่มวันที่ 1 เราะมะฎอนวันพุธที่ 11 สิงหาคมคือ
1. แคนาดา ส่วนใหญ่ปฏิบัติตามติของสภานิติศาสตร์อิสลามแห่งอเมริกาเหนือ (FCNA) กับสภาอิสลามแห่ง อเมริกาเหนือ (ISNA) บางส่วนปฏิบัติตามประกาศของคณะตุลาการศาลฎีกาอิสลามซาอุดีอาระเบีย
2. ฝรั่งเศส มีการรายงานการเห็นเสี้ยวจันทร์ของเดือนใหม่ที่นอร์มังดี จึงมีประกาศเป็นทางการ
3. อินโดนีเซีย รัฐบาลประกาศการเห็นเสี้ยวจันทร์ของเดือนใหม่ตามรายงานจากปอร์โบลิงโฆ และเกรซิค
4. จอร์แดน ยึดตามประกาศการเห็นเสี้ยวจันทร์ของทางการซาอุดีอาระเบีย
5. คาซักสถาน ยึดตามประกาศการเห็นเสี้ยวจันทร์ของทางการซาอุดีอาระเบีย
6. คูเวต ยึดตามประกาศการเห็นเสี้ยวจันทร์ของทางการซาอุดีอาระเบีย
7. คีร์กิสถาน ยึดตามประกาศการเห็นเสี้ยวจันทร์ของทางการซาอุดีอาระเบีย
8. เลบานอน ยึดตามประกาศการเห็นเสี้ยวจันทร์ของทางการซาอุดีอาระเบีย
9. ลิเบีย ยึดตามการคำนวณ
10. ลักเซ็มเบิร์ก ยึดตามประกาศการเห็นเสี้ยวจันทร์ของทางการซาอุดีอาระเบีย
11. มาเลเซีย ยึดตามการคำนวณ หลังจากไม่เห็นเสี้ยวจันทร์เพราะมีฝนตกและเมฆหนาทั่วไป
12. เนเธอร์แลนด์ ยึดตามประกาศการเห็นเสี้ยวจันทร์ของทางการซาอุดีอาระเบีย
13. ไนจีเรีย มีผู้เห็นเสี้ยวจันทร์ใน 4 เมือง
14. นอร์เวย์ ยึดตามประกาศของสภาการอิสลามแห่งนอร์เวย์ ด้วยผลการคำนวณ
15. ปาเลสไตน์ ยึดตามประกาศของทางการซาอุดีอาระเบีย
16. ฟิลิปปินส์ ยึดตามประกาศของทางการซาอุดีอาระเบีย
17. กาตาร์ ยึดตามประกาศของทางการซาอุดีอาระเบีย
18. ซาอุดีอาระเบีย ประกาศเป็นทางการหลังการเห็นเสี้ยวจันทร์
19. สเปน สหภาพประชาคมอิสลามแห่งสเปนยึดตามประกาศของทางการซาอุดีอาระเบีย
20. ซูดาน ยึดตามประกาศของทางการซาอุดีอาระเบีย
21. สวีเดน ยึดตามประกาศของทางการซาอุดีอาระเบีย
22. ซีเรีย ยึดตามประกาศของทางการซาอุดีอาระเบีย
23. สหรัฐอาหรับเอมิเรตส์ (ยูเออี) ยึดตามประกาศของทางการซาอุดีอาระเบีย
24. ทาจิกิสถาน ยึดตามประกาศของทางการซาอุดีอาระเบีย
25. ไต้หวัน ยึดตามประกาศของทางการซาอุดีอาระเบีย แม้จะไม่เห็นเสี้ยวจันทร์ในประเทศ
26. เติร์กเมนิสถาน ยึดตามประกาศของทางการซาอุดีอาระเบีย
27. สหราชอาณาจักร ยึดตามการคำนวณ โดยคณะกรรมการประสานงานระหว่างศูนย์กลางอิสลามใหญ่ๆ กับบรรดามัสยิดในกรุงลอนดอน
28. สหรัฐอเมริกา ยึดตามการคำนวณ ด้วยความร่วมมือระหว่างสภานิติศาสตร์อิสลามแห่งอเมริกาเหนือ(FCNA) กับสภาอิสลามแห่ง อเมริกาเหนือ (ISNA)
29. อุซเบกิสถาน ยึดตามประกาศของทางการซาอุดีอาระเบีย
30. เยเมน ยึดตามประกาศของทางการซาอุดีอาระเบีย
31. อียิปย์ ยึดตามประกาศของทางการซาอุดีอาระเบีย

ส่วนมุสลิมในประเทศที่เริ่มบำเพ็ญศีลวันที่ 1 เราะมะฎอนในวันพฤหัสบดีที่ 12 สิงหาคม เท่าที่ได้รับรายงานข่าว คือ
1. ออสเตรเลีย ดูเสี้ยวจันทร์เย็นวันพุธที่ 11 สิงหาคม มีผู้เห็นในซิดนีย์ และรัฐควีนส์แลนด์
2. บังกลาเทศ ดูเสี้ยวจันทร์เย็นวันพุธที่ 11 สิงหาคม มีผู้เห็น
3. แคนาดา เฉพาะกลุ่มที่ดูเสี้ยวจันทร์วันพุธที่ 11 สิงหาคม และปฏิบัติตามคณะกรรมการเสี้ยวจันทร์ (ฮิลาล) แห่งโตรอนโต
4. อินโดนีเซีย มุสลิมบางกลุ่มดูเสี้ยวจันทร์วันพุธที่ 11 สิงหาคม มีผู้เห็นเหนือเนินเขาชานเมืองบันดุง
5. อินเดีย ดูเสี้ยวจันทร์เย็นวันพุธที่ 11 สิงหาคม มีผู้เห็นที่เมืองนาซิค
6. เคนยา ดูเสี้ยวจันทร์เย็นวันพุธที่ 11 สิงหาคม มีผู้รายงานการเห็น
7. มอริเชียส ดูเสี้ยวจันทร์เย็นวันอังคารที่ 10 สิงหาคม แต่ไม่มีผู้ใดเห็น แม้ท้องฟ้าปลอดโปร่ง
8. โมร็อกโก ดูเสี้ยวจันทร์เย็นวันอังคารที่ 10 สิงหาคม แต่ไม่มีผู้เห็น
9. นิวซีแลนด์ ดูเสี้ยวจันทร์เย็นวันพุธที่ 11 สิงหาคม มีผู้เห็นชัดเจนที่เมืองโอคแลนด์ และได้รับการประกาศยืนยันจากสมาพันธ์สมาคมมุสลิมแห่งนิวซีแลนด์
10. โอมาน ดูเสี้ยวจันทร์เย็นวันอังคารที่ 10 สิงหาคม ไม่มีรายงานการเห็น
11. ปากีสถาน ดูเสี้ยวจันทร์วันพุธที่ 11 สิงหาคม มีผู้เห็นที่เมืองการาจี และเมืองอื่นๆ
12. ปานามา ดูเสี้ยวจันทร์วันอังคารที่ 10 สิงหาคม ไม่มีผู้เห็น
13. ฟิลิปปินส์ มุสลิมบางกลุ่มไม่ปฏิบัติตามประกาศของซาอุดีอาระเบีย ยึดตามผลการดูเสี้ยวจันทร์ในเย็นวันอังคารที่ 10 สิงหาคม ซึ่งไม่มีผู้เห็น
14. แอฟริกาใต้ นับเดือนชะอฺบานให้ครบ 30 วัน
15. ศรีลังกา ดูเสี้ยวจันทร์เย็นวันพุธที่ 11 สิงหาคม มีผู้เห็น
16. แทนซาเนีย นับเดือนชะอฺบานให้ครบ 30 วัน
17. ตรินิแดดและโตบาโก ดูเสี้ยวจันทร์เย็นวันอังคารที่ 10 สิงหาคม ไม่มีรายงานการเห็น
18. สหราชอาณาจักร ผู้ยึดถือแนวทางวิฟาอะตุลอุละมาอ์ และอะหฺลิซซุนนะฮฺวัลฌะมาอฺะฮฺ นับเดือนชะอฺบานให้ครบ 30 วัน
19. สหรัฐอเมริกา ผู้ยึดถือแนวทางชีอะฮฺ, คณะกรรมการเสี้ยวจันทร์ (ฮิลาล) แห่งชิคาโก. สถาบันไซฺตูนา รัฐแคลิฟอร์เนีย และประชาคมของอิหม่ามดับเบิลยู. ดี.มุฮัมมัด (วาริษ ดีน มุฮัมมัด บุตรชายของเอลิฌาฮฺ มุฮัมมัด ผู้ก่อตั้งขบวนการ”แบล็คมุสลิม”แห่ง ชิคาโก)
20. ไทย ดูเสี้ยวจันทร์เย็นวันอังคารที่ 10 สิงหาคม ไม่มีรายงานการเห็น


--------------------------------1/8-----------------------------------







Ada pun fadhilat dan kelebihan bagi orang-orang yang mengerjakan sembahyang sunat Tarawih adalah seperti berikut :-

Malam ////////// kelebihannya

1 - Dosanya keluar seperti ia baru di lahirkan ibunya.

2 - Dosanya di ampuni, begitu pula dosa kedua ibu bapanya jika keduanya itu orang mukmin.

3 - Di panggil oleh malaikat dari bawah Arasy dengan seruan: “Mulailah kamu beramal sebab Allah telah mengampuni dosamu yang telah lalu”.

4 - Di beri pahala yang sama, dan pahala orang-orang yang membaca Kitab Taurat, Injil, Zabur dan Al-Quran.

5 - Di beri pahala seperti orang yang melakukan sembahyang di Masjidil Haram di Makkah, Masjid An-Nabawi di Madinah dan Masjid Al-Aqsa di Palestin.

6 - Di beri pahala seperti pahala malaikat yang tawaf di Baitul Ma’mur, batu-batu serta pasir turut sama
memohonkan ampun baginya.

7 - Seperti orang yang hidup pada zaman Nabi Musa dan membantunya hingga dapat mengalahkan Fir’aun dan Haman.

8 - Di berikan oleh Allah segala apa yang pernah di berikan kepada Nabi Ibrahim ‘alaihisalam.

9 - Seperti pahala beribadah kepada Allah yang di lakukan oleh Nabi Muhammad S.A.W.

10- Di kurniakan oleh Allah kebaikan dunia dan akhirat.

11 - Keluar dari dunia seperti pada hari dilahirkan dari kandungan ibu bersih daripada segala dosa.

12 - Datang di hari kiamat dengan keadaan mukanya bercahaya dan bersinar bagaikan malam bulan purnama.

13 - Datang di hari kiamat dengan keadaan aman dari segala kejahatan.

14 - Disaksikan oleh para malaikat, kalau dia telah melaksanakan solat tarawih maka pada hari kiamat ia akan di bebaskan oleh Allah dari segala mudarat.

15 - Di minta ampun oleh para malaikat, oleh malaikat yang memikul Arasy dan Kerusi.

16 - Di bebaskan dari api neraka dan dapat masuk syurga.

17 - Di beri pahala seperti pahala para Nabi.

18- Di seru oleh para malaikat, “Wahai hamba Allah, bahawasanya Allah telah redha kepadamu dan kepada orang tua kamu”.

19 - Di angkat darjatnya ke dalam syurga firdaus.

20 - Di beri pahala para syuhada dan salihen.

21 - Di bina rumahnya dari nur di dalam syurga.

22 - Kelak di hari kiamat ia akan datang dengan aman dari segala kesusahan dan dugaan

23 - Di bangunkan sebuah kota untuknya di syurga.

24 - Di beri pahala yang berupakan dua puluh empat permohonan di kabulkan.

25 - Di hapuskan dari seksaan kubur.

26 - Pahalanya diangkat selama empat puluh tahun.

27 - Dalam melintasi sirat (jambatan) pada hari kiamat kelak, dia akan dapat melintasi dengan laju bagaikan kilat menyambar.

28 - Allah mengangkat dengan seribu darjat di syurga.

29 - Diberi pahala seribu haji yang mabrur.

30 - Di panggil dan di persilakan oleh Allah, wahai hambaku, makanlah buah-buahan syurga dan mandilah dengan air salsabil (air syurga yang sedap di minum) serta minumlah dari telaga kausar. Akulah Tuhanmu dan engkau hambaku.



BERSYUKURLAH dengan kedatangan bulan Ramadan. Rasulullah SAW selalu memberi kabar gembira kepada para sahabat setiap kali datang bulan Ramadan. “Telah datang kepada kalian bulan Ramadan, bulan yang penuh berkah. Allah telah mewajibkan kalian berpuasa. Pada bulan itu Allah membuka pintu-pintu syurga dan menutup pintu-pintu neraka.” (HR: Ahmad).

Karena itu, selain berpuasa dengan menahan diri dari makan dan minum, serta berbagai perbuatan yang mengurangi, bahkan membatalkan ibadah puasa, bulan suci ini umat muslim dianjurkan memperbanyak ibadah. Satu ibadah sunat dikerjakan di bulan Ramadan, pahalanya seperti mengerjakan perbuatan wajib di luar bulan Ramadan.

Sedangkan mengerjakan satu perbuatan wajib di bulan puasa, maka pahala 70 kali lipat dibanding mengerjakan pada bulan di luar Ramadhan. Tentunya pahala 70 kali lipat ini harus mengerjakan ibadah puluhan tahun di luar bulan puasa. Begitulah janji Allah kepada orang-orang beriman, asalkan setiap ibadah dikerjakan karena Allah.

Seperti Nabi Muhammad SAW, di antara ibadah sunat yang cukup banyak dikerjakan pada bulan Ramadan, yaitu mengamalkan dan memperbanyak membaca Alquran. Kedua perbuatan sunat ini diyakini lebih mendekatkan diri kepada Allah dengan berbagai ibadah lainnya. Selain itu, sambutlan bulan Ramadan dengan meninggalkan dosa dan segala kebiasaan buruk. Bertaubatlah dengan benar dari segala dosa dan kesalahan. Ramadan adalah bulan taubat. “Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah hai orang-orang beriman supaya kamu beruntung.” (QS. An-Nur : 24)

Bahkan, Rasulullah mengatakan jika sekiranya umatku mengetahui kelebihan bulan Ramadan, ia akan menangis ketika bulan ini telah usai. Selanjutnya, berdoa agar dipertemukan dengan Ramadan akan datang. Maka manfaatkanlah bulan Ramadan dengan berbagai ibadah, seakan-akan Ramadan kali ini bulan pengampunan terakhir diberikan Allah kepada kita.***



Keistimewaan Sya’ban dan Ramadhan. Sesungguhnya untuk yang mau mempelajari bulan demi bulan mengandung kelebihan tersendiri, Ramadhan turunnya Al-Quran, Zulhijjah disebut bulan haji, Nabi Ibrahim mengorbankan anak sendiri Ismail kemudian umat Nabi Muhammad SAW, menamakannya bulan korban. Bulan Rajab Isra’ Mikraj Rasulullah SAW. Bulan Sya’ban meiliki jumlah keistimewaan dan hikmah pula, yakni hikmah dan kebaikan yang dikandungnya. Bulan Sya’ban mendatangi kita tiap tahun guna memberikan kesempatan agar meningkatkan dan melipatgandakan berbagai amal kebaikan. Pada bulan inilah kesempatan bagi kaum muslimin memperbanyak amal ibadahnya serta perbuatan lainnya seperti memberi sedekah fakir miskin, membina anak yatim, memperbanyak puasa sunnat guna melatih diri menghadapi puasa Ramadhan nantinya.

Aisyah istri Rasulullah SAW, menjelaskan sebagai berikut, bahwa selain Ramadhan, Nabi Muhammad SAW, selalu berpuasa pada bulan Sya’ban. Hadis yang diriwayatkan Usmah bin Zaid menjelaskan : “saya bertanya kepada Rasulullah SAW, : Wahai Rasulullah, sesungguhnya saya tidak pernah melihat engkau memperbanyak puasa sunnat mu pada bulan-bulan yang lain, seperti yang engkau lakukan pada bulan Sya’ban. Rasulullah SAW, menjawab kepadanya dengan mengatakan bahwa bulan Sya’ban adalah bulan yang terletak antara bulan bulan Rajab dan Ramadhan sering kali orang melupakan fadilah dan keutamaan yang terkandung didalamnya bulan tersebut. Padahal bulan tersebut segala amal perbuatan selama satu tahun diangkat kehadapan Allah SWT. Dan inilah sebabnya kenapa saya banyak berpuasa sunnat pada bulan tersebut, karenanya ingin amal dan perbuatan saya diangkat kehadapan Allah SWT. Dan saya dalam keadaan puasa.

Hadis diatas kemudian diperkuat lagi oleh hadis riwayat Anas ra. ” Orang muslim di zaman Rasulullah SAW, dan sahabatnya selalu meningkatkan bacaan Al-Quran setiap kali memasuki bulan Sya’ban, dan pada bulan Sya’ban jugalah mereka selalu membayar zakat mereka terhadap fakir miskin demi untuk membantu menghadapi bulan Ramadhan dengan jiwa yang tenang”. Kedua hadis Rasulullah itu mengingatkan kaum muslimin menyambut bulan Sya’ban dengan melaksanakan perintah Allah SWT, dan melaksanakan perbuatan yang baik-baik. Bagi mereka yang mendapatkan rezki yang dilebihkan Allah jangan lupa menyisihkan sebagian rezki itu untuk bersedekah dan membayar zakat. Mudah-mudahan Allah SWT, dengan menunjukkan amal ikhlas seorang muslim sejati disisi Allah SWT, akan menurunkan rahmat yang berlimpah kepada manusia dan alam sekitar. Seperti rahmat kesehatan, rahmat kesempatan, rahmat Iman dan rahmat Islam.

Hadis lain tentang keistimewaan bulan Sya’ban ialah kata Aisyah :” saya tidak pernah melihat Rasulullah SAW, menyempurnakan puasanya satu bulan penuh, selain puasa bulan Ramadhan dan saya tidak melihat pula Rasul SAW, berpuasa dibulan lain, lebih banyak dari bulan Sya’ban”. (Hadis riwayat Imam Bukhari dan Muslim). Keterangan hadis diatas menyelaraskan puasa sunnat yang dilakukan Rasul SAW, pada bulan Sya’ban lebih banyak dilakukan dibanding dengan bulan-bulan lainnya. Kecuali Ramadhan Rasul SAW. Melakukan puasa sunnat, cukup banyak.

Mengapa puasa bulan Ramadhan dilakukan sebulan penuh? Karena puasa pada bulan Ramadhan merupakan puasa yang diwajibkan bagi orang-orang beriman (Al-Baqarah : 183). Berpuasa berarti menyampaikan rasa syukur dan terima kasih atas rahmdan karunia dan nikmat Allah yang kita peroleh. Melalui puasa sunnat dan puasa wajib, berarti kita menyatakan rasa syukur kepada-Nya. Selain berterima kasih itu melalui puasa membuktikan bahwa kita sanggup menahan makan dan minum dan menahan segala hawa nafsu yang menyesatkan disebut hawa nafsu hewani. Dan hikmah puasa lainnya, adalah memberikan pendidikan kepada kita untuk berdisiplin diri dan mendidik pula rasa belas kasihan bagi orang-orang yang tidak mampu dan dengan puasa dapat terjaga kesehatan rohani dan jasmani. Sebaiknya lakukan puasa baik puasa sunnat dibulan Sya’ban maupun puasa wajib di bulan Ramadhan.

Setelah dapat memahami dan menjalankan apa yang terkandung pada bulan Sya’ban jadi istimewa sebagai hadis Rasul SAW, tersebut diatas yang diriwayatkan Usmah bin Zaid, kapan sampai bilangan perjalanan bulan sampai bulan Ramadhan bermodalkan pengalaman di bulan Sya’ban Insya Allah dapat dengan ikhlas mengamalkan ibadah selama bulan Ramadhan nanti ikhlas karena Allah SWT. Benar cara mengerjakan ibadah tersebut, yakni tujuan hendak dicapai redha Allah. Merasakan fakir dalam amal (miskin dalam amal) selama Ramadhan nanti hindari menunda amal shaleh untuk dikerjakan atau mengulur-ngulur waktu shalat umpamanya.

Inilah yang dimaksud ke istimewaan dan hikmah bulan Sya’ban dan bulan Ramadhan. [ dari berbagai sumber... (bk).]

Selamat Hari Raya Aidilfitri al-mubarak 1431 H.

โลโก้

โลโก้
satu-indah.blogspot.com

ผู้เข้าชม

free counters
บทความเดือนรอมาฎอน

Keutamaan Malam Lailatul Qadar

Hikmah Malam Lailatul Qadar

Tanda-Tanda Malam Lailatul Qadar

Menantikan Malam Lailatul Qadar

Teladan 10 akhir Ramadan Nabi

Amalan di 10 malam akhir Ramadhan

คุณค่าของการละหมาด ตะฮัจยุด

Ahlan Ramadhan egypt

พันธุ์ไม้และสมุนไพรในอัลกุรอาน

HIKMAH PUASA RAMADHAN

Perkara-perkara sunat di Bulan Ramadhan

Ramadhan Satu Latihan Oleh Tok Guru Nik Aziz

PUASA MELAYU Oleh Ustaz Azhar

Mensyukuri Kedatangan Ramadan

Fadhilat dan Kelebihan Tarawih
ขับเคลื่อนโดย Blogger.